Salah satu Jurnalis Padek express berdiri bangga Selfi di Masjid Agung Nan Megah Ikon Dharmasraya Mandiri Maju dan Berbudaya (Dok, Istimewa)
Dharmasraya, Mediainvestigasi.net-Di tengah persiapan Pilkada Dharmasraya 2024, muncul pertanyaan yang menjadi perhatian utama masyarakat: seberapa dalam pemahaman calon bupati terhadap agama Islam, terutama dalam hal membaca dan memahami Al-Qur’an? Dalam konteks mayoritas penduduk Dharmasraya yang beragama Islam dan adat Minangkabau yang mengusung prinsip “syarak basandi kitabullah”, aspek religi calon pemimpin bukanlah sekadar formalitas, melainkan fondasi yang menentukan masa depan daerah.
Tradisi Religius dan Harapan Kepada Pemimpin.
Sebagai masyarakat Minangkabau yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Dharmasraya sudah lama dikenal dengan tradisi pemilihan pemimpin yang berlandaskan ajaran Islam. Prinsip “syarak basandi kitabullah”—yang artinya adat bersendi pada kitab Allah—adalah pegangan utama dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik. Masyarakat tidak hanya menuntut pemimpin yang cerdas dalam hal administratif atau kebijakan, tetapi juga seseorang yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam setiap langkah kepemimpinannya.
Beberapa bupati sebelumnya dikenal memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik. Ini menjadi simbol sekaligus tolak ukur kualitas pemimpin yang diharapkan dapat mengayomi masyarakat bukan hanya dalam aspek duniawi, tetapi juga dalam hal spiritual. Maka, pada Pilkada 2024, meski hanya ada satu pasangan calon, tuntutan serupa tetap kuat bergema: seberapa dalam pemahaman calon bupati Dharmasraya kali ini terhadap agama dan Al-Qur’an?
Latar Belakang Lulusan Luar Negeri: Religi Masih Menjadi Pertanyaan.
Calon bupati tunggal Dharmasraya di Pilkada 2024 ini memiliki latar belakang pendidikan luar negeri dan lama tinggal di negara orang. Secara akademis, mungkin ia telah menunjukkan prestasi dan pengetahuan yang luas, namun bagi masyarakat yang mayoritas beragama Islam, ada pertanyaan mendasar yang masih belum terjawab: Bagaimana pemahaman religinya, terutama dalam hal membaca dan memahami Al-Qur’an?
Pendidikan luar negeri sering kali dianggap membawa wawasan dan perspektif baru yang bermanfaat bagi kemajuan daerah, namun tidak sedikit pula yang khawatir jika pengalaman hidup di luar negeri bisa saja mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap akar budaya dan agamanya. Masyarakat Dharmasraya, yang sangat menghargai keseimbangan antara modernitas dan religi, berharap calon bupati mereka bisa menunjukkan bahwa pengalaman di luar negeri justru memperkaya pemahaman Islamnya, bukan malah mengurangi.
Calon Tunggal: Harapan Lebih Besar pada Religiusitas.
Pilkada Dharmasraya 2024 menjadi menarik karena hanya ada satu pasangan calon yang maju. Situasi ini menimbulkan perdebatan baru di kalangan masyarakat. Di satu sisi, mereka tak punya pilihan lain selain calon tunggal ini. Namun, di sisi lain, karena tidak ada pesaing, ekspektasi terhadap calon tersebut justru semakin tinggi, terutama dalam aspek moral dan religi. Dalam tradisi Islam, seorang pemimpin yang baik tidak hanya pandai dalam urusan duniawi, tetapi juga harus paham agama. Kemampuan membaca dan memahami Al-Qur’an menjadi tolok ukur dasar bagi seorang pemimpin Muslim.
Selama ini, masyarakat Dharmasraya terbiasa melihat calon-calon kepala daerah yang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, dan hal ini seolah menjadi simbol kemampuannya dalam menjalankan kepemimpinan yang adil dan berlandaskan agama. Kini, dengan satu calon bupati yang memiliki latar belakang internasional, harapan bahwa pemahaman agama menjadi prioritas tak bisa diabaikan.
Ujian Pemimpin: Bukan Hanya Program, Tetapi Nilai Religius.
Dalam Pilkada 2024 ini, masyarakat Dharmasraya tidak hanya ingin mendengar program-program ekonomi, infrastruktur, atau pendidikan yang akan dilaksanakan oleh calon bupati. Mereka juga ingin mendengar bagaimana calon bupati ini memandang nilai-nilai Islam dan menerapkannya dalam kebijakan publik. Mereka ingin tahu apakah calon ini dapat mengharmoniskan prinsip syarak basandi kitabullah dengan tantangan modernitas.
Salah satu cara yang diharapkan masyarakat untuk menilai ini adalah melalui kemampuan calon bupati dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. Bagi banyak orang, kemampuan ini bukan hanya soal teknis membaca teks, melainkan cermin dari seberapa dalam ia memahami ajaran Islam dan seberapa kuat nilai-nilai agama tersebut akan diimplementasikan dalam kebijakannya nanti.
Masyarakat Menanti Jawaban: Seperti Apa Pemimpin Masa Depan Dharmasraya?
Pertanyaan besar yang masih menggantung di udara Dharmasraya adalah: “Apakah calon bupati tunggal ini memiliki pemahaman Al-Qur’an yang kuat, dan dapatkah ia menjadi pemimpin yang sesuai dengan prinsip ‘syarak basandi kitabullah’?”
Jawaban atas pertanyaan ini mungkin akan menjadi kunci penting dalam menakar masa depan Dharmasraya di bawah kepemimpinan baru. Bagi masyarakat yang selalu mengedepankan agama dan budaya, pemimpin yang memahami dan menjalankan ajaran Al-Qur’an dianggap sebagai harapan yang mampu membawa kesejahteraan dan keadilan, bukan hanya di dunia, tetapi juga dalam pandangan akhirat.
Dengan satu calon bupati di Pilkada 2024 ini, masyarakat Dharmasraya tidak punya banyak pilihan, tetapi mereka tetap berharap pemimpin tunggal tersebut bisa membuktikan bahwa ia tidak hanya berwawasan luas, tetapi juga memiliki landasan religi yang kokoh. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengerti kitab suci, bukan hanya membacanya, tetapi memahami dan menerapkannya dalam setiap keputusan yang diambil.
Sebagaimana pepatah lama, “Pemimpin adalah cerminan rakyatnya.” Maka, masyarakat Dharmasraya berharap, calon bupati mereka adalah cerminan dari kekuatan agama dan adat Minangkabau, yang selalu mengusung syarak basandi kitabullah.
Editor: Yanti