Ilustrasi Gambar Sepucuk Surat (Dok, Istimewa)
Dharmasraya, Mediainvestigasi.net– Sebuah surat sederhana namun sarat emosi telah menggugah hati. Seorang gadis Minang, dengan segala kelembutan budaya dan ketulusan hatinya, berani menyampaikan keresahan dalam sebuah surat yang ditujukan kepada sosok penting di Rumah Gadang. Surat tersebut mengalir dengan penuh adab, dimulai dengan salam pembuka yang hangat, “Assalamualaikum… semoga tuan sehat wal afiat, tidak kurang suatu apa pun.”
Di tengah kepadatan tugas dan amanah, sang gadis mengungkapkan permintaan maafnya karena berani mengirimkan surat di tengah kesibukan tuan di Rumah Gadang. Namun, keresahan yang ia rasakan begitu mendalam, hingga membuatnya merasa tak bisa diam sebelum mendengar penjelasan langsung dari tuan yang dihormatinya.
Sang gadis mendengar desas-desus yang terus berembus di kalangan masyarakat. “Kaba angin nan adiek danga sungguh mambuek hati indak tanang,” tulisnya dalam bahasa Minang yang khas. Kabar itu menyebutkan bahwa sang tuan, yang selama ini dihormati di Rumah Gadang, disebut-sebut akan diangkat menjadi anggota khusus Istana oleh seorang tokoh penting. Namun, hingga kini, kabar tersebut masih simpang siur.
Rasa penasaran sang gadis semakin memuncak. “Apo kaba tu indak batua?” tanyanya, berharap kabar itu memiliki kepastian. Meski demikian, ia tidak ingin membebani pikiran sang tuan dengan kegelisahannya. “Sungguhlah baruntuang kalo iyo, tapi kalo indak usah lah tuan pikiakan, di rumah gadang ko tuan masih di rajokan,” lanjutnya, menegaskan bahwa bagi dirinya dan masyarakat di Rumah Gadang, tuan tetaplah pemimpin yang dihormati, dengan atau tanpa jabatan istimewa di Istana.
Surat yang ditulis dengan penuh kelembutan ini tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menjadi cerminan bagaimana tradisi Minang yang kaya akan adab dan budaya masih terus hidup dalam kehidupan masyarakatnya. Di balik kesederhanaan kata, tersimpan rasa hormat yang mendalam dan kerinduan akan kepastian, sambil tetap menjaga marwah dan kehormatan sang tuan di Rumah Gadang.
Penulis: [Gadih Minang]
Editor: [212]