Gambar Tanda Buah Segar Kelapa Sawit (Dok, Istimewa).
Dharmasraya, Mediainvestigasi.net— Krisis pabrik kelapa sawit di Dharmasraya mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor perkebunan sawit. Saat ini, sebanyak 80 persen masyarakat Dharmasraya adalah petani kelapa sawit, namun minimnya jumlah pabrik pengolahan buah dari kebun rakyat di daerah ini membuat banyak Tandan Buah Segar (TBS) harus dijual ke luar daerah seperti Jambi dan Sijunjung.

DBH kelapa sawit sendiri merupakan bagian dari Transfer ke Daerah (TKD) yang bersumber dari penerimaan negara atas Bea Keluar (BK) kelapa sawit, minyak kelapa sawit mentah (CPO), dan produk turunannya. Jika produksi CPO tidak diproses di wilayah Dharmasraya, maka penerimaan dari sektor ini berkurang signifikan, yang pada akhirnya melemahkan ekonomi daerah.
Pabrik Sawit Belum Memadai
Saat ini, Dharmasraya hanya memiliki dua pabrik kelapa sawit yang menampung buah dari kebun rakyat, yakni PT Dharmasraya Lestarindo (DL) dan PT Dharmasraya Sawit Lestari (DSL). Sebuah pabrik baru, PT Hamparan Kemilau Indah (HKI), di Sungai Betung belum beroperasi.
Jhon menilai bahwa kapasitas pabrik yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan petani sawit yang terus bertambah. Bahkan, ia memprediksi pada 2028, petani akan mengalami kesulitan menjual buah mereka.
“Kalau kondisi ini tidak segera diatasi, akan terjadi penumpukan buah di pabrik. Akibatnya, TBS bisa membusuk dan merugikan petani. Ini situasi serius yang harus ditangani sekarang,” tegasnya.
Masa Depan Petani Sawit
Menurut Jhon, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan perlu segera mencari solusi, salah satunya dengan mempercepat pembangunan pabrik baru dan mendorong investasi di sektor pengolahan kelapa sawit. Jika tidak, dampaknya akan semakin parah pada tahun-tahun mendatang.
“Kita butuh komitmen nyata untuk menambah kapasitas pabrik di Dharmasraya. Kalau tidak, petani yang akan menjadi korban, dan ekonomi daerah juga akan terus dirugikan,” tutupnya.
“Permasalahan ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah daerah agar tidak menunda solusi untuk sektor vital seperti kelapa sawit. Tanpa tindakan nyata, Dharmasraya bisa kehilangan potensi besar dari sektor perkebunan yang seharusnya menjadi andalan ekonomi lokal,”pungkas Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Dharmasraya, Jhon Nasri.
Editor: Yanti