BeritaDaerahKesehatan

Kasus HIV di Dharmasraya Meningkat, Total 44 Pasien Jalani Pengobatan ARV hingga Oktober 2024

838
×

Kasus HIV di Dharmasraya Meningkat, Total 44 Pasien Jalani Pengobatan ARV hingga Oktober 2024

Sebarkan artikel ini

Ilustrasi Gambar HIV-AIDS (Dok, Istimewa)

Dharmasraya, Mediainvestigasi.net-20 November 2024 – Kasus HIV di Kabupaten Dharmasraya terus menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Dharmasraya, hingga Oktober 2024 tercatat 44 pasien positif HIV menjalani pengobatan Antiretroviral (ARV). Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2023, terdapat 33 pasien positif HIV. Sepanjang tahun itu, tambahan tiga kasus baru terkonfirmasi, sehingga total menjadi 36 pasien. Memasuki 2024, delapan kasus baru kembali ditemukan, menjadikan total kasus HIV positif di Dharmasraya mencapai 44 pasien.

Upaya Pencegahan dan Deteksi Dini.

Menghadapi situasi ini, Dinas Kesehatan Dharmasraya menggencarkan berbagai langkah pencegahan. Yosta Devina selaku Plt Kepala dinasnya menyatakan, “Kami terus berupaya melakukan edukasi melalui penyuluhan kepada masyarakat di seluruh wilayah kerja puskesmas. Penyuluhan ini bertujuan meningkatkan pemahaman tentang HIV dan cara pencegahannya.”

Selain itu, pemeriksaan dini dengan rapid test HIV menjadi prioritas, khususnya bagi ibu hamil dan populasi kunci. Langkah ini bertujuan untuk mendeteksi dini risiko penularan sekaligus mencegah penyebaran virus lebih luas.

Pengobatan Sepanjang Hayat dengan ARV.

Bagi pasien yang telah terkonfirmasi reaktif HIV, pengobatan ARV wajib dilakukan. ARV adalah terapi yang membantu menekan jumlah virus dalam tubuh, sehingga memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

“Pasien HIV harus menjalani pengobatan ARV seumur hidupnya. Pada enam bulan pertama pengobatan, kami akan memantau keberhasilan terapi dengan pemeriksaan viral load (VL) untuk memastikan jumlah virus dalam darah berhasil ditekan. Setelah itu, pemeriksaan VL akan dilakukan secara rutin setahun sekali,” jelas Yosta.

Pentingnya pengobatan ARV tidak hanya untuk menjaga kesehatan pasien, tetapi juga untuk mencegah penularan virus ke orang lain. Dengan viral load yang terkontrol hingga tidak terdeteksi, risiko penularan melalui kontak darah atau cairan tubuh dapat diminimalkan.

Baca Juga :  Suhatri Bur Ajukan Pembangunan Smart Fisheries Village Pada Menteri KKP RI

Tantangan dalam Penanganan.

Namun, Dinas Kesehatan tidak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi. Stigma sosial terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) masih menjadi hambatan besar dalam penanganan kasus ini. “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak mendiskriminasi ODHA. Mereka membutuhkan dukungan, bukan penghakiman,” ujar Yosta lagi.

Selain itu, partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam memutus rantai penularan. Dinas Kesehatan berharap program penyuluhan dan pemeriksaan rutin dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini.

Tantangan dan Harapan ke Depan.

Dengan angka kasus yang terus meningkat, upaya yang lebih masif dan kolaboratif menjadi keharusan. Dinas Kesehatan Dharmasraya terus menggalakkan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat, dunia pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya.

Kasus HIV di Dharmasraya adalah pengingat betapa pentingnya langkah pencegahan, edukasi, dan pengobatan yang berkelanjutan. Dengan sinergi yang kuat, harapannya angka penularan dapat ditekan, dan kualitas hidup pasien HIV di Dharmasraya semakin meningkat.

HIV/AIDS menularkan pada siapa saja bahkan kepada bayi baru lahir.

 

Bahaya HIV/AIDS: Mengapa Kita Harus Waspada?

HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan global yang masih menjadi ancaman serius hingga saat ini. Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyerang sistem kekebalan tubuh, membuat penderitanya rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit. Jika tidak ditangani, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), tahap akhir dari infeksi virus ini yang berakibat fatal.

Apa itu HIV dan AIDS?

HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih, terutama sel CD4 yang berperan penting dalam melindungi tubuh dari infeksi. Jika jumlah sel CD4 menurun drastis akibat HIV, tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan penyakit.

Baca Juga :  Komisi III DPRD Nias Utara Bersama Dinas Perikanan Rapat Kerja Terkait Isu Kompensasi Kapal Karam

AIDS terjadi ketika sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah sehingga berbagai penyakit oportunistik, seperti tuberkulosis, pneumonia, atau kanker tertentu, dengan mudah menyerang. Kondisi ini sering kali menjadi penyebab utama kematian pada penderita HIV/AIDS.

Bahaya HIV/AIDS.

1. Kerusakan Sistem Kekebalan Tubuh
HIV secara perlahan menghancurkan sistem kekebalan tubuh, membuat penderita mudah terkena infeksi serius yang biasanya tidak berbahaya bagi orang dengan kekebalan normal.

2. Penyakit Oportunistik
Infeksi oportunistik, seperti herpes, toksoplasmosis, dan infeksi jamur, sering terjadi pada penderita HIV/AIDS. Penyakit ini dapat memperburuk kondisi tubuh dan mempercepat perkembangan AIDS.

3. Pengobatan Seumur Hidup
Saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Pasien yang terinfeksi harus menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) seumur hidup untuk menekan perkembangan virus dalam tubuh.

4. Dampak Psikologis dan Sosial
Penderita HIV/AIDS sering menghadapi stigma sosial, diskriminasi, dan tekanan psikologis. Hal ini dapat memperburuk kualitas hidup mereka dan menjadi hambatan dalam mengakses pengobatan.

5. Risiko Penularan.

HIV dapat menular melalui hubungan seksual tanpa pelindung, transfusi darah yang tidak aman, penggunaan jarum suntik bersama, dan dari ibu hamil ke bayinya. Oleh karena itu, tanpa pencegahan yang efektif, risiko penyebaran virus ini tetap tinggi.

Pencegahan HIV/AIDS.

Untuk melindungi diri dan orang lain dari HIV/AIDS, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

Edukasi Seksual: Menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan setia pada pasangan dapat mencegah penularan HIV.

Tes HIV Rutin: Deteksi dini penting untuk pengobatan dan pencegahan penularan.

Hindari Jarum Suntik Bersama: Penggunaan jarum suntik yang tidak steril adalah salah satu penyebab utama penularan HIV di beberapa kelompok populasi.

Pemeriksaan Kehamilan: Ibu hamil dengan HIV dapat mencegah penularan ke bayi dengan pengobatan ARV dan persalinan yang aman.

Baca Juga :  PPWI dan LSP Pers Indonesia Teken MoU di Kantor DPD RI

Hidup dengan HIV/AIDS.

Penderita HIV/AIDS bisa tetap hidup produktif dengan pengobatan ARV yang teratur. ARV membantu menekan virus hingga tidak terdeteksi dan menurunkan risiko penularan. Namun, kesadaran masyarakat untuk mendukung mereka tanpa stigma adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan suportif.

HIV/AIDS bukan hanya masalah medis tetapi juga sosial. Upaya pencegahan, edukasi, dan pengobatan yang efektif harus terus dilakukan untuk menekan angka penyebaran dan memberikan harapan hidup lebih baik bagi mereka yang terinfeksi. Dengan kesadaran dan kerja sama semua pihak, bahaya HIV/AIDS dapat diminimalkan.

Editor: Yanti 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *