(dari kiri) Mantan Panglima TNI Laksamana (Purn) Yudo Margono, Tuti Roesdiono, Aylawati Sarwono, Ahok. (Dok. MEDIAINVESTIGASI.NET/ Shendy Marwan)
MEDIAINVESTIGASI.NET – Pentas seni budaya ketoprak, menghipnotis penonton melalui pagelaran Retno Kencana yang diadakan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Rabu (4/12).
Cerita ini mengangkat kisah heroik Ratu Kalinyamat, seorang tokoh perempuan pemberani yang baru saja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas perjuangannya melawan penjajah Portugis.
Berawal dari ide Tuti Roesdiono, Ketua Kebaya Foundation mengkolaborasikan beberapa tokoh, seperti Dewi Bambang Soesatyo sebagai Ratu Kalinyamat, Laksamana (Purn) Yudo Margono, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Inayah Wahid, Vero Yudo Margono, Aylawati Sarwono, serta pelawak Kirun dan Marwoto.
Dalam konferensi pers, mantan Panglima TNI, Laksamana (Purn) Yudo Margono, yang berperan sebagai penasihat Ratu Kalinyamat menjelaskan peranannya memang sesuai bidangnya, dimana dirinya memberi strategi pertahanan serta penyerangan melalui jalur laut yang dipakai oleh Ratu Kalinyamat untuk menyerang Portugis.
Dalam acara yang sama, Basuki Tjahja Purnama yang akrab disapa Ahok menjawab pertanyaan satire dari wartawan, tentang tingkat kesulitan perannya di pentas politik dibandingkan seni.
Mantan Gubernur DKI yang dinilai sukses itu mengungkapkan kesamaan dirinya ketika berperan di kancah politik maupun seni yang memang apa adanya.
“Saya kebetulan dianggap orangnya bukan politikus yang baik, karena di dalam dunia politikpun saya bicara apa adanya (jujur-red), nggak ada sandirawaranya,” lugas Ahok.
“Menurut saya, bedanya di politik, kita bisa dianggap naif. Bahkan bisa disekolahkan 2 tahun di Mako,” canda Ahok sekaligus mengingat pengalamannya.
Sontak ucapan Ahok memecah suasana menjadi lebih luwes dan penuh keakraban dalam konferensi pers.
Bahkan, dalam gelaran tersebut banyak improvisasi para pemain yang tampaknya di luar naskah. Seperti pengungkapan kehidupan asli diuar teather. Sehingga, selain pesan yang terkandung sampai dalam pertunjukan, dan para penonton terhibur dengan komedi yang natural.
Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Kebaya Foundation, Laskar Indonesia Pusaka, dan Jaya Suprana School of Performing Arts.
Dan sebuah kemuliaan, bahwa acara ini diselenggarakan demi memberikan donasi sebesar Rp500 juta kepada Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala. Yayasan yang fokus pada pendidikan dan kesejahteraan penyandang tuna ganda netra, yaitu mereka yang mengalami keterbatasan penglihatan dan disabilitas lainnya.
(Shendy Marwan)