Vidio Tron milik pemerintah Dharmasraya kondisi tidak menyala (Dok, Mediainvestigasi.net/Yanti)
Dharmasraya, Mediainvestigasi.net – Di persimpangan jalan jalur dua Kantor Bupati Dharmasraya, berdiri sebuah Vidio Tron besar yang biasanya menyala terang, menampilkan berbagai kegiatan pemerintah dan pemimpin daerah Ranah Cati Nan Tigo. Vidio Tron ini, yang telah menjadi simbol modernisasi dan kebanggaan masyarakat Dharmasraya, kini menjadi perbincangan hangat, bukan karena gemerlap tayangannya, melainkan karena ketidakaktifannya dan dugaan pemborosan anggaran.
Beberapa minggu terakhir, Vidio Tron yang biasanya memamerkan kinerja pemerintah dan berbagai acara penting itu mendadak gelap. Tidak ada lagi kilasan wajah pemimpin daerah yang tersenyum, tak ada lagi informasi terbaru yang mengalir. Kini, layar digital itu berdiri sunyi, mati total, seperti saksi bisu di tengah hiruk-pikuk kehidupan di sekitarnya.
Apa yang terjadi? Masyarakat bertanya-tanya. Desas-desus yang beredar menyebutkan bahwa Vidio Tron ini memakan biaya anggaran sebesar Rp 1,3 miliar. Angka yang cukup fantastis untuk sebuah sarana iklan digital, namun sayangnya, kini tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Dengan anggaran sebesar itu, tentu publik berharap Vidio Tron ini beroperasi dengan optimal. Sebagai medium yang menghubungkan pemerintah dan masyarakat, layar besar ini seharusnya menjadi sarana efektif dalam menyampaikan informasi publik, kebijakan pemerintah, dan berbagai pencapaian daerah. Bahkan, kehadiran Vidio Tron ini sempat menjadi kebanggaan bagi masyarakat Dharmasraya.
“Vidio Tron itu sebelumnya selalu menyala, setiap lewat saya bisa lihat informasi tentang kegiatan pemerintah. Bangga rasanya punya teknologi semacam itu di Dharmasraya,” ungkap seorang warga yang kerap melintasi area tersebut.
Namun, kini muncul pertanyaan besar: kenapa alat yang dianggarkan begitu tinggi justru mati total?
Berbagai spekulasi pun beredar di tengah masyarakat. Ada yang menyebutkan bahwa kerusakan teknis menjadi penyebab utama, namun ada pula yang meragukan pemeliharaan dan pengelolaan perangkat tersebut. Beberapa pihak mempertanyakan, apakah investasi yang kabarnya sebesar Rp 1,3 miliar itu sebanding dengan manfaat yang dirasakan masyarakat?
“Kalau memang dianggarkan besar, harusnya bisa lebih lama bertahan atau kalau rusak segera diperbaiki. Bukan dibiarkan mati begitu saja,” ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.
Isu ini semakin panas ketika beberapa laporan menyebutkan bahwa proyek Vidio Tron ini telah melalui proses penganggaran yang tidak transparan. Publik menuntut penjelasan lebih lanjut dari pihak terkait, terutama mengenai alokasi dana dan perawatan perangkat yang kini tampak tak berfungsi.
Pemerintah Kabupaten Dharmasraya kini berada dalam sorotan tajam. Masyarakat menunggu jawaban jelas mengenai alasan di balik tidak beroperasinya Vidio Tron tersebut dan langkah apa yang akan diambil untuk mengatasi masalah ini. Apakah Vidio Tron ini hanya akan menjadi monumen bisu atau ada upaya konkret untuk menghidupkannya kembali?
Dari sisi pemerintah, sejauh ini belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan terkait masalah ini. Namun, jika tidak segera ada tindakan, isu ini berpotensi mempengaruhi citra pemerintah di mata publik.
Meski dilanda kekecewaan, sebagian besar masyarakat masih berharap Vidio Tron ini dapat kembali berfungsi. Mereka ingin teknologi ini benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, bukan hanya sebagai alat promosi politik atau proyek mercusuar yang berakhir sia-sia. Keterbukaan pemerintah dalam menangani masalah ini juga diharapkan bisa mengembalikan kepercayaan publik.
“Vidio Tron ini seharusnya jadi alat komunikasi yang efektif, bukan malah jadi alat yang bikin kita bertanya-tanya soal pengelolaannya,” kata warga lainnya dengan nada penuh harap.
Waktu akan menjawab, apakah Vidio Tron yang sempat menjadi kebanggaan ini dapat kembali menyala atau hanya menjadi cerita miris tentang pemborosan anggaran.
Editor: Yanti